18.10.05

Kenapa sih musti dicampur-campur?

“Kita kan hidup di dunia advertising, which is perubahan di dunia kita tuh runs in seconds…”

“Well, at the end of the day, mereka kan juga dapet yang paling the best gitu lwoh…”

“Ndets wai… Yu gad de point toh?"
(That’s why… You got the point dengan logat Jawa)

Kalimat-kalimat kayak gitu, sering banget dipake di kehidupan sehari-hari. Malahan akhir-akhir ini berbagai tulisan di majalah-majalah juga tidak jarang memasukkan bahasa asing (seringnya sih Bahasa Inggris) dalam kalimatnya.

Mungkin jatuhnya akan lebih terdengar sangat mengikuti jaman, modern dan lebih pintar.

Tapi… apa iya?

Seperti dalam sebuah rapat (lebih sering disebut meeting :p), pesertanya semua berkulit coklat, hidungnya sama-sama pesek dan pas tadi makan siang juga semuanya pada makan nasi. Tapi, waktu rapat, serta merta mereka semua menjadi manusia asing, karena semua ngomong pake bahasa Inggris.

Sebenarnya kalau dilihat dari sisi positifnya, kita semua jadi bisa sekalian belajar atau mempraktekan keahlian bahasa asing mereka. Supaya entar kalau ngomong sama orang bule beneran, jadinya bisa lancar cas…cis…cus… Lagipula, jadi bias bersaing di pasar internasional.

Tapi, seringnya kok ya engga gitu... Beberapa memang bagus (belum sempurna loh artinya) pengucapan dan tata bahasanya, tapi, tidak sedikit yang ngomongnya ngaco dan struktur kata-katanya ga’ ada yang bener. Ujung-ujungnya, banyak yang asal ngomong dan jadinya salah ngerti.

Atau yang lebih gawat lagi, banyak orang yang jadi diam 1000 bahasa hanya karena minder. Semua ide-ide yang harusnya tercetus lancar, karena kendala bahasa, jadinya tidak keluar sama sekali.

Mau nerangin pake bahasa Indonesia, kok kayaknya gengsi gitu, padahal sebenernya ga’ perlu. Mau pake bahasa Inggris, engga bisa. Akhirnya diambil jalan pintas: Lebih baik diam.

Kalau ceritanya kayak gitu… Kok menyedihkan sekali ya nasib bahasa Indonesia. Menjadi asing di negerinya sendiri. Jadi asing di mata orang-orang aslinya.

Tapi, beberapa orang seringkali menyangkal pernyataan itu. Seringkali bahasa asing digunakan karena bahasa Indonesia kurang mewakili ekspresi yang ingin diungkapkan.

Seperti untuk menyatakan ‘bagus banget’ diwakili dengan kata ‘very good’, atau bahkan ‘excellent’. Karena kesannya, kurang ‘nendang’ kalo kita cuma bilang ‘luar biasa’, ‘keren’ atau ‘canggih bener’.

Jujur, fenomena seperti ini agak membingungkan juga. Karena kalo kita tetep ‘keukeuh’ ngomong pake bahasa Indonesia aja (di Indonesia loh), engga jarang kita juga yang kena cela. Dibilang kurang Internasional, kampungan dan dibilang ga’ ngerti bahasa Inggris adalah hinaan nomer satu yang bakal mencuat.

Tapi kalo campur-campur omongan, kok kayaknya tolol banget. Gede’, tua, idup di Indonesia, kok ngomong satu kalimat bahasa Indonesia aja engga becus sama sekali?

Jadi gimana? It’s your choice! (Tuh kan… :p)

No comments: